Dr. Alfred Bernard dari Belgia meneliti dampak klorin terhadap anak-anak. Studi ini melibatkan 341 anak berusia 10 hingga 13 tahu, 43 anak di antaranya pernah mengikuti kursus renang bayi dan balita. Informasi mengenai kesehatan pernafasan anak (gejala pernafasan selama 12 bulan, diagnosa asma oleh dokter serta kejadian bronkhitis berulang), paparan anak terhadap resiko asma dan alergi diperoleh dari kuestioner yang diisi oleh para orangtua. Mereka juga menjalani pemeriksaan medis dan skrining asma.
Hasilnya, anak-anak yang rutin berenang semasa kecil menunjukkan penurunan protein sel (serum Clara) yang signifikan - rata-rata 20%. Kondisi ini dihubungkan dengan resiko asma dan bronkhitis berulang yang tingggi bisa disetarakan dengan yang terjadi pada orang dewasa akibat rokok dan zat kimia industri.
Dr. Bernard dan tim menyimpulkan latihan renang pada anak kecil terutama di kolam renang indoor diasosiasikan dengan perubahan jalan nafas (bersama dengan faktor-faktor lainnya) dapat membuat anak rentan mengalami asma dan bronkhitis. Apa yang membuat bayi lebih rentan? Usia menjadi faktor yang ikut berperan. Resiko berkembangnya asma atau peradangan paru tampak paling tinggi saat anak secara teratur berlatih renang di bawah usia 7 tahun. Para ahli menduga kepekaan yang lebih tinggi akan klorin pada anak disebabkan karena sebelum berusia 6 hingga 7 tahun, anak biasanya belum mahir berenang sehingga mereka terpaksa berenang di kolam kecil yang padat dan terpolusi. Anak kemungkinan besar menghirup lebih banyak aerosol dan menelan banyak air yang mengandung klorin saat blajar atau bermain air.
Penjelasan lainnya, kemungkinan paru-paru anak belum berkembang, sehingga mereka rentan terhadap efek iritasi klorin dan turunannya. Walaupun mereka hanya sebentar berada di dalam kolam (sekitar 20 hingga 30 menit setiap kali).
Selain itu, para peneliti menduga bahwa klorin (terutama trikloramin) yang dihirup anak-anak secara berulang dapat merusak jaringan epitel jalan nafas. Kadar klorin pada kolam renang yang diteliti berada di bawah batasan WHO, yaitu 500 g/m3 per 2 jam. Namun dari hasil penelitian di Belgia, tampak bahwa kadar yang lebih rendah dapat mengganggu kesehatan pernafasan.
Tidak apa sesekali membawa Si Kecil berenang. Namun seringnya frekuensi dapat membuat pernafasan dan kulit anak terpapar klorin yang berlebih. Para peneliti menyarankan kepada orangtua untuk lebih berhati-hati membawa anak berenang, khususnya di kolam renang yang tidak terawat dengan baik. Waspadalah terhadap kolam renang dengan bau kaporit yang mencolok. Kemungkinan air dan udara di sekitar kolam mengandung kadar klorin yang tinggi. Anda juga bisa mengatur agar jadwal renang anak tidak terlalu padat untuk menghindari meiningkatnya kadar trikloramin yang dilepaskan ke udara.
Klorin efektif menjaga kebersihan air. Tapi mengingat bahayanya, belakangan ini mulai dikombinasikan dengan metode ionisasi, hidrogen peroksida, sinar UV, atau dengan kombinasi potassium monopersulfate serta ionisasi. Semua itu dilakukan untuk mengurangi kadar klorin secara signifikan dalam kolam renang dengan fungsi yang sama efektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar